DAFTAR ISI: tentang saya | being moderat | project5 | galeri | simple view | tanJabok.com

MAN BEHIND ME: muhammad, syekh abbas, afa, tan malaka, m.hatta, m.natsir, dt.ribandang-dt.ketemanggungan, umar bin khatab, ali bin abi thalib, etc...

as MINANG's: it isnt about narsism, every man shouldnt forget who they really are... if they do, they just burried their identity, let this be our opportunities/potentials, not threats... a half man dont know where they stand on...

13 January 2007

Politik Gelombang ke-Empat

Jika Alfin dan Heidi Toefler mengemukakan effisiensi dan efektifitas penggunaan Informasi sebagai politik gelombang ke-tiga, maka saya mengemukakan optimalisasi penggunaan energi sebagai politik gelombang ke-empat.

Bila aksi massif tan malaka sebagai prasyarat pertama, materialisme sebagai prasyarat kedua dan efisiensi dan efektifitas informasi sebagai prasyarat ketiga maka optimalisasi energi menjadi kunci yang terakhir hingga saat ini.

Iran, sebagai perwakilan negara ketiga menyadari ini dengan baik, penguasaan pangayaan uranium menjadi sebuah program pokok pengembangan yang sangat terfokus, terencana dan prospektif.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Sebelum menjawab pertanyaan ini ada baiknya saya menyinggung bahwa perkara energi konvensional mengacu pada kebijakan industri untuk menghasilkan energi secara massif, dan hal ini sangat baik teraplikasi pada pengembangan energi panas, thermodynamics, akan tetapi secara signifikan terlihat upaya pengembangan energi secara massif berefek ketidakmandirian masyarakat untuk memproduksi energinya snediri, akan tetapi perlu dikembangkan pula distribusi pengembangan energi yang lebih merata, artinya keperluan akan energi masing-masing individu harus bisa ditangani oleh masing-masing individu tersebut, sehingga pengembangan energi secara massif yang dipertanggungjawabkan oleh negara dipergunakan untuk menopang sarana dan prasarana publik.

Jika berbicara tentang distribusi energi maka kita juga mesti lihat sistem pembangkitan energi skala kecil dan menengah, dan hal ini dapat ditopang oleh sistem energi terbaharukan.

Pertanyaannya, masih tersisakah waktu bagi para petinggi negara untuk berpikir tentang energi dibandingkan pemfokusan pada bidang ekonomi, tentu ini berbalik kepada individu didalamnya.

3 comments:

Anonymous said...

why iran???
why western???
where's poverty?AIDS?

Anonymous said...

aku gak ngerti gelombang2 politik itu nyambungnya kemana (gak pernah denger c :D ). tapi setiap negara punya bargain politik sendiri2. bener kata loe ndo, kalo iran politiknya berbau uranium gitu, soalnya dia saktinya disitu. kalo amrik maen di setiap lini. makanya keliatanya kuat banget.

abie... said...

why iran??
negara ketiga, ex. venezuela, etc masih concern di energi panas... nah mengacu pada effisiensi, ane pake sample iran karena pengembangan uranium-nya...

why western??
i never said about western...

where's poverty?AIDS?
gejala kemiskinan dimulai dari adanya kerusakan dalam tatanan ekonomi. logikanya, jika negara maju, dan semua tetek bengeknya maju... there's no poverty...

klo' AIDS sebagai penyakit... mulai berawal dari kemiskinan, bagaimana perkembangan AIDS dinegara dunia ketiga tidak terkendali...

klo' AIDS sebagai dampak dari freesex...
yah apa mau dikata, manusia always act about lust...

Recommended