DAFTAR ISI: tentang saya | being moderat | project5 | galeri | simple view | tanJabok.com

MAN BEHIND ME: muhammad, syekh abbas, afa, tan malaka, m.hatta, m.natsir, dt.ribandang-dt.ketemanggungan, umar bin khatab, ali bin abi thalib, etc...

as MINANG's: it isnt about narsism, every man shouldnt forget who they really are... if they do, they just burried their identity, let this be our opportunities/potentials, not threats... a half man dont know where they stand on...

03 December 2004

Sebuah Baju Mahasiswa

"Soekarno dan Kepahlawanan Pemuda", sebuah artikel kawan yang cukup mengingatkan bahwa saya adalah seorang mahasiswa, berstatus mahasiswa.

Guru, pegawai, pemerintah, mahasiswa, murid, semua memiliki status yang real, akan tetapi apakah sebuah kapasitas dan kualitas dapat terpenuhi?

Semua pihak memiliki bajunya masing-masing dan mereka bangga dengan baju kebesarannya tersebut, tetapi apakah hal itu memenuhi nilai estetik dan kegunaan.

Begitu pula dengan mahasiswa sekarang, tak lebih adalah sebuah proses formalitas untuk meraih sebuah prestise dengan titel-titel yang akan menjamin seberapa besar income yang akan dihasilkannya kelak.

Baju seorang mahasiswa kini diperebutkan dihiasi dengan berbagai ornamen-ornamen yang menggelitik hanya untuk untuk memanjangkan sebuah kertas yang disebut curricullum vitae.

Dari zaman kolonial hingga saat ini, mahasiswa selalu ada, ada yang menjadi saksi bisu dan ada pula yang menjadi pelaku perubahan, bahkan ada pula yang menjadi korban dari perubahan itu sendiri.

Baju seorang mahasiswa tidak akan berarti apa-apa hanya akan menunjukkan sebuah legalitas bahwa perubahan demi sesuap nasi itu perlu.

Tampaknya baju yang bertajuk mahasiswa ini sudah mulai diproduksi massal dengan ukuran S, M, L, XL maupun XXL.

Dan tampaknya pula sudah banyak manusia-manusia puber yang ingin menunjukkan eksistensinya dengan membeli baju tersebut, bukan ukuran yang menjadi patokan, tetapi seberapa mahal baju itu, tanpa melihat bahwa dia kedodoran dengan baju yang dibelinya itu.

Seorang syafii maarif menyatakan tentang kesan dan pesannya terhadap mahasiswa, “idealisme sesaat”.

Akan tetapi kenyataan sekarang ini bukanlah sesuatu yang ironis, masih ada segerombolan pemuda yang merasa bertanggung jawab atas keadaan hari ini dan esok.

Dan mereka mencoba merubah dengan tangan-tangan premature mereka. Tangan-tangan yang belum pernah mencicipi segala sesuatunya, tentunya seperti tangan yang bertemu dengan air panas atau air dingin, tarik-ulur, kaget, “celupinnya pelan-pelan aja ya….”.

Mahasiswa dengan predikatnya akan mampu membawa perubahan, tetapi sejauh mana beliau-beliau tersebut sadar akan fungsi dan kapasitasnya sebagai mahasiswa, agent of change.

No comments:

Recommended